Assalamualaikum, and good evening readers!
Gimana nih kabar kalian? Semoga semuanya baik-baik aja ya.
Malam ini, Meisha mau cerita pengalaman dan perjuangan Meisha bareng teman-teman untuk menghadiri sebuah acara dengan tajuk Andai Dia Tahu yang dilaksanakan tanggal 8 November lalu di Universitas Al-Azhar Indonesia.
Petualangan dimulai pukul 04.30 WIB
Jadi waktu itu, kita ngumpul di Mesjid Al-Azim dekat rumah untuk berangkat sama-sama, karena waktu itu kita perginya di antar sama Ayahnya Pima.
Walaupun masih pagi, tapi dimobil pun kita sudah punya cerita. Kenapa? Karena waktu itu 3 teman aku harus duduk di bagasi. Ya bagasi, karena gak ada kursi disitu. Perjalanan dari Cigombong ke Jakarta nya memang gak memakan waktu yang lama, tapi justru yang lama adalah ketika kita di ajak muter-muter sama GPS hanya untuk kembali ke tempat yang sama. But that's okay, karena acara pun gak akan dimulai sampai pukul 08.00 WIB.
Kita sampai di Al-Azhar sekitar pukul 07.00 WIB
Disana kita di drop oleh Ayahnya Pima, ketika sampai apa yang kita lakukan? Ya belum ngapa-ngapain acaranya aja belum mulai kan? Tapi yang jelas waktu itu aku sama Savel nyari-nyari kamar mandi dan yang kita temukan hanyalah kamar mandi yang masih terkunci rapat.
Pukul 07.30 WIB
Kita diperbolehkan masuk untuk registrasi ulang, waktu itu yang mengantri untuk registrasi ulang itu Pima dan kita sisanya nungguin dia.
Ketika nungguin Pima, ntah itu ide siapa akhirnya kita foto disitu dan ketika lagi foto aku sempat liat anak kecil, Alilla namanya. Familiar? iya, dia anaknya Ust. Felix Siauw. Ada anaknya ya pasti ada bapaknya, ternyata memang Ust. Felix yang lewat.
Honestly aku pribadi sih suka dengan cara dakwahnya Ust. Felix dan sedikit opini aja, diantara kalian mungkin ada pro dan kontra terhadap beberapa Ustad tertentu, tapi menurut aku selama apa yang dia-mereka katakan itu benar dan tidak bertentangan dengan keyakinan kita, kenapa gak kita terima? Bukankah kita diajarkan untuk menjadi orang yang open minded? Jawab masing-masing aja ya....
Acara kemudian dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur'an dan dilanjutkan dengan drama singkat tentang seorang perempuan muda yang selalu berpikir dua kali untuk menjalankan ibadah, baik itu menggunakan kerudung ataupun menikah (ingat, kita dianjurkan untuk menikah muda jika sudah mampu dan juga hal ini dilakukan untuk menghindari zina).
Ketika temannya meninggal, dia akhirnya sadar bahwa dalam hal beribadah itu bukanlah suatu hal yang harus di ntar-ntar, akhirnya dia mulai mencoba untuk berubah.
Selesai drama singkat, naiklah MC ke panggung, ada satu hal lucu saat itu. Jadi ketika si MC bertanya Apa kabar semuanya hari ini? yang menjawab paling kencang itu ya kelompok aku itu, padahal kita cuma delapan orang, sampai akhirnya si MC tadi bertanya, kita berasal dari mana dan jam berapa berangkatnya. Sekalilagi ketika kita menjawab Cigombong gak ada yang tahu itu dimana, tapi dimaklum, memang tempat tinggal saya agak terpencil mungkin karena letaknya yang berada di ujung kabupaten Bogor Selatan coret. Ya, coret karena tempat tinggal saya berada tepat di perbatasan antara Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi.
Ceramah kemudian dibuka oleh Ust. Fatih Karim yang bercerita tentang eksperimennya dengan nanah. Jadi, di Al-Qur'an disebutkan bahwa salah satu minuman penghuni neraka adalah nanah yang mendidih dan Ust. Fatih kemudian memulai eksperimennya dengan mendidihkan nanah yang dia dapat dari sebuah rumah sakit di Jakarta dan subhanallah saya yang belum eksperimen aja sudah geli duluan, apalgi beliau yang melakukan eksperimen. Kebayang kan baunya kayak apa? Oke gak usah kita bahas itu lebih lanjut.
Selesai Ust. Fatih ceramah kemudian diselingi lagi oleh drama singkat. Pemerannya masih tetap sama, namun kali ini ceritanya perempuan muda ini ingin mengajak temannya mengaji, namun temannya selalu saja memberikan alasan dan akhirnya ia pergi ke pengajian sendiri.
Selesai drama, kemudian dilanjutkan ceramah oleh Ust. Asep Fakhri yang membahas tentang Hijrah dan Istiqamah. Dan aku setuju, bahwasanya untuk berhijrah dan mejadi lebih baik itu memang butuh niat dan dukungan yang sangat basar, karena semua itu akan lebih mudah jika dilakukan bersama-sama.
Selesai Ust. Asep berceramah datang Ust. Cahyono yang menghibur banget. Apalagi ketika membahas tentang perempuan yang biasanya ketika mencari pasangan pasti dia melihat kepribadian laki-laki. Yup, kePRIBADIan laki-laki. Mulai dari Mobil Pribadi, Rumah Pribadi, Jet Pribadi, Pulau Pribadi, dan sejuta kepribadian lainnya. Ya walaupun tidak semua perempuan seperti itu ya, tapi faktanya memang banyak banget sis.
Ust. Cahyono kemudian menjadi moderator dalam bincang-bincang dengan Mba Emeralda, Ratna Galih, dan Ust. Felix Siauw. Mereka kemudian bercerita tentang perjuangan mereka ketika berhijrah. Mba Emeralda dengan perjalanannya ketika berusaha menggunakan kerudung, mulai dari kerudung yang berskeleton sampai akhirnya beliau berhijab syar'i. Mba Ratna Galih yang diuji dengan segala kenikmatan dunia. Dan Ust. Felix dengan kenikmatan dunia dan pertentangan dari pihak keluarganya ketika beliau akan menjadi mualaf.
Satu hal yang pasti yang aku pribadi dapat ketika mendengar cerita-cerita mereka. Tidak perduli apa yang orang katakan, jika kita rasa itu adalah hal yang benar dan memang dianjurkan oleh agama maka kita lakukan saja dan itu kita lakukan dengan istiqmah. Sulit memang, kerasa kok sama aku. Contohnya aja ketika aku memutuskan untuk mulai menggunakan gamis, orangtua aku sendiri loh yang justru malah kurang mengsupport. Tapi lambat laun mereka mulai menerimanya dan Alhamdulillah sekarang aku dan mama sedang mencoba untuk berhijab syar'i.
Pukul 12.00 WIB
Kita kemudian break untuk ISHOMA dan kembali lagi pukul 13.00 WIB nah di sesi kedua inilah kita diajak untuk berpikir mengenai Andai Dia Tahu.
Kita para remaja pasti sering merasa dan berkata "Andai Dia Tahu bagaimana perasaanku sama dia" well guys sayangnya ada yang lebih pantas untuk mengucapkan kata-kata itu. Ya, mereka adalah orang tua kita. Aku akan ambil quotes dari salah satu postingan Ust. Felix Siauw atau tepatnya curahan hati seorang ayah akan anaknya untuk membatu kita, khusunya untuk kawan-kawan ku yang cantik merenung.
Ayo coba kita ingat-ingat, apa yang sudah kita berikan untuk orangtua kita? Jika belum, maka mari kita coba dengan pengertian dan perhatian. Coba kalian ingat-ingat lagi, pernah gak sih orangtua kita mengeluh kepada kita dengan berkata "andai engkau tahu betapa sulitnya mencari nafkah apalagi untuk memenuhi keinginanmu anakku" atau "andai enkau tahu betapa sulitnya membesarkan kalian agar kalian dapat menjadi pemuda yang dirindukan akhirat" atau "andai engkau tahu betapa khawatirnya kami ketika hari sudah mulai gelap dan engkau belum pulang" dan lain lain.1. masih tersimpan imaji wajahmu di dinding kamarku | tak pernah kupercaya bahwa pernah kau semungil itu
2. sekarang kau telah tumbuh dengan ambisi yang besar | tinggi untuk digapai juga rentan tuk terkapar
3. dulu, engkau selalu memerlukanku dalam segala hal | namun sekarang engkau berdiri diatas kedua kakimu dan lakukan semua hal
4. dulu, namaku kau sebut saat kau meminta apapun | namun sekarang kau punya teman seluruh dunia yang siap membantu kapanpun
5. tapi, bila langitmu suatu saat runtuh, dan tiada siapapun yang tersisa | tengoklah kebelakangmu anakku, bersamaku engkau terasa
6. kemanapun pengembaraanmu, tengoklah anakku, kebelakangmu | dan ingatlah, kau takkan pernah sendiri, Abi selalu mendukungmu
7. aku selalu berpesan kepadamu, bahwa cinta yang sejati adalah mencintai Allahmu | dan jangan pernah lupakan hal itu
8. dan bila engkau menjaga hatimu agar selalu pada-Nya | sesal dan sedih, maka engkau akan selalu jauh dari mereka semuanya
9. engkau dapat melaju terbang setinggi langit anakku, sejauh yang mampu engkau pandang | namun ingat bumi akan selalu menarikmu datang
10. ada satu masa engkau akan merasa bahwa dunia adalah milikmu seorang | namun ingatlah bahwa semua yang fana pasti akan hilang
11. akan pula kau temukan masa dimana kau berjalan melawan arus dunia | dihempaskan arus kekejian, merasa putus dari karunia
12. bila seakan tak ada lagi harapan yang bisa kau saksikan | tengoklah di balik punggungmu, anakku, disana dirimu aku nantikan
13. sejauh apapun kesalahanmu, tengoklah anakku, dibalik punggungmu | aku akan menerimamu dengan pelukan terbaikku
14. aku tak bisa bersamamu selama-lamanya, ada waktunya aku akan pergi | atau engkau yang akan lebih dulu pergi
15. aku akan berat melepasmu bila tiba masa itu | katakan padaku saat itu dengan manis “Abi, saatnya bagiku membina hidupku”
16. aku tak bisa menahanmu dari mencintai, aku tak dapat menahanmu saat tiba waktu kau pergi | Demi Allah, lakukan dengan ridha Rabbii
Sementara kita selalu lebih mengutamakan orang yang belum tentu mengutamakan kita di kehidupan mereka. Ingat tidak akan ada cinta karena Allah jika ia belum mencintai Allah.
Setelah membahas itu semua, akhirnya kita lanjut ke premier film web series Andai Dia Tahu. Buat yang mau lihat filmnya bisa dilihat di YouTube kok.
Pukul 15.30
Acara kemudian ditutup setelah premier film tersebut, nah ada kejadian lucu yang sebenarnya typical Indonesia banget yaitu acara foto-foto. Pengen sih ikutan foto bareng dengan para pengisi acara Andai Dia Tahu tapi ya tau diri lah, udah adzan Ashar jadi akhirnya kita berdelapan pergi shalat.
Selesai shalat, aku, Dzikra, Savel, dan kak Desti mau beli khimar. Mumpung ada diskonan gitu kan ya hehe. Ngantrinya, subhanallah panjang banget dan lama, maklum yang belanja banyaknya ibu-ibu.
Ketika aku dan Dzikra sedang mengantri, tiba tiba Pima yang duduk di depan nunjuk-nunjuk gitu, ternyata ada Ust. Felix dan Dzikra langsung kabur meninggalkan hayati mengantri. Tapi dia bawa buku catatan aku dan langsung ngacir, tinggallah aku berdua dengan kak Desti mengantri.
Yok Mei semangat istiqamah nya hehehe |
Selesai mereka foto-foto dan kita sudah dapat barang masing-masing yang kita langsung pulang. Nah, setelah ini baru petualangan Hayati dimulai.
Pukul 16.00
Waktu itu hujan mulai turun, kita semua langsung segera menuju ke halte busway. Tapi.... kita lupa, kita gak ada yang punya kartunya. Right, that's our first problem. Akhirnya kita segera menuju ke Blok M menggunakan metromini.
Pukul 16.30
Ketika sampai di Blok M, hujan yang tadinya agak besar mulai reda. Disini kebodohan kita diuji. Yup, kebodohan. Jadi, sampai disana, kita bingung harus nunggu APTB dimana dan ketika kita nannya sama orang, gak ada yang jawab. Bahkan ketika Dzikra beli snack di warung kecil dia malah disentak ketika dia bertanya harga, si penjaga warung malah bilang "ingat ya! ini tuh Jakarta! bukan di kampung, saya tahu kok harga jajanan kayak gitu di kampung tuh seribuan tapi ini Jakarta!" dan dia cuma bisa diam. You know what guys, kita mungkin bukan orang Jakarta yang katanya megapolitan, kita cuma orang dari pinggiran kabupaten Bogor Selatan tapi bukan berarti kita bodoh. Lagi pula, aku rasa perlakuan seperti itu ke pelanggan juga gak baik loh. Kalau sikap kita kayak gitu ke pelanggan, yang ada pelanggan pada kabur kelessss.
Ketika kita sudah berhasil menemukan jalan masuk dan menunggu APTB yang tak kunjung datang, akhirnya kita memutuskan untuk naik busway yang artinya kita harus buat kartu saat itu and that's what we do. Setelah hujan-hujanan dan dalam keadaan yang basah kuyup akhirnya kita naik busway menuju Jakarta Kota (Kota Tua) untuk naik kereta.
Pukul 18.00
Kita sampai di Statsiun Kota dan langsung ngantri untuk beli tiket, ketika ngantri sebagian dari kita nyari-nyari mushala dan gak ketemu. Ya, ada sih tapi itu tempatnya gak meyakinkan dan bau. Dear Pak Ahok, coba mushala di tempat transit busway yang berada dibawah statsiun dirapihin lah Pak, biar nyaman.
Pukul 18.30
Setelah dapat tiket dan naik kereta, gak lama kemudian kita mulai jalan menuju Bogor. Selama di kereta hingga statsiun Depok aku berdiri, lumayan guys cangkeul na karasa pisan, nya hinyai muka (wajah berminyak) teh, indah lah pokokna mah.
Pukul 19.30
Kita tiba di statsiun Kota Bogor dan langsung mencari mushala dan disini baru mushala nya enak hehe. Selesai shalat kita langsung pergi untuk melanjutkan perjalanan dengan menggunakkan angkot. Ya, sebenarnya sih kita bisa lanjut pakai kereta tapi masalahnya kereta tujuan Bogor - Cigombong itu kan cuma sampai sekitar jam 19.00 so yeah.
Pukul 20.00
Sampai saat itu, kita memang gak ada kendala, kita berhenti di Sukasari untuk mencari makan, maklum terakhir kita makan itu ya makan siang. Ketika kita makan, ibu-ibu yang punya warung itu bertanya apa kita anak pesantren atau bukan, ketika kita bilang bukan dia langsung bilang "Oh SMA ya neng, tapi pake gamis ya, anak jaman sekarang mah kan jarang neng yang mau pake gamis. Bagus atuh kalau gitu mah, mudah-mudahan selamet ya teh sampe ke rumah" kata ibu itu ramah dan kita cuma bisa ngangguk dan bilang makasih.
Pukul 20.30
Selesai makan, kita langsung mencari angkot Cicurug, dan disini ada drama.
Jadi, ada perempuan kita panggilnya Astri. Kayaknya sih dia baru putus sama pacarnya gitu, nah selama di angkot, mantan pacarnya itu teriak-teriak terus bilang "Heh Astri! Turun lo! Cepe!". Yang parahnya, angkot yang kita pakai itu mesinnya panas jadi mati terus mesinnya dan laki-laki itu ngikutin angkot yang kita tumpangi terus. Selama di angkot Astri cerita-cerita sama si sopir samapi si sopirnya itu SKSD gitu. Karena angkotnya itu lelet banget karena mati terus mesinnya, akhirnya Astri turun dan ketika dia turun dia langsung di deketin sama mantan pacarnya itu, tapi untung langsung ada angkot lain jadi Astri gak terlalu lama berdiri deket laki-laki posessive dan freak itu.
Setelah Astri turun, si sopir mengalihkan pembicaraan dengan ngajak kita beredelapan ngobrol dan sekali lagi kita di sangka anak pesantren! Seriously?! Emang salah ya kalau anak SMA pakai gamis?
Pukul 21.30
Dengan semua drama tadi dan lain-lain kita baru bisa sampai di Ciawi jam setengah sepuluh malam untuk pindah angkot. Perjuangan Hayati gak selesai sampai disitu, karena hari itu jalan dari Ciawi sampai Cicurug itu macet total akhirnya kita harus lewat jalan Cihideung yang juga ternyata macet guys.
Pukul 00.30
Tiga jam kita di angkot dan akhirnya jam setengah satu kita sampai di Cigombong.
A/N: Dari perjalanan itu kita benar-benar menemui berbagai macam orang yang berbeda, tidak cuma orangnya yang berbeda tapi juga karakternya. Kesabaran kita juga sangat-sangat di uji. Selain itu, selama perjalanan karakter orang-orang itu terlihat. Dan pesan untuk kalian dan harus kalian catat, tidak semua orang bergamis itu orang kampung, tidak semua orang bergamis itu anak pesantren, dan tidak semua orang yang bergamis itu malaikat. So please stop judging us from what are we wearing.
Komentar
Posting Komentar